Kumpulan Cerpen, Novel, Puisi, Komunitas Penulis, Lomba Menulis Cerpen dan Novel

Juwita Hati: Kerikil Tajam ataukah Kerikil Kebahagiaan?

BERBAGAI permasalahan seperti benang kusut yang menimpa Bre, Keysha, dan Ibu Carissa akhirnya sedikit demi sedikit terurai. Perjuangan Bre untuk mendapatkan nilai kelulusan, perjuangan Bre membuka tabir gelap Burhan Djatmiko, dan perjuangan Bre membesarkan hati Keysha berakhir sukses.
Beberapa bulan semenjak peristiwa rumit itu berlalu, sekarang Bre sudah dalam tahap akhir didalam penyusunan skripsinya tinggal menunggu sedikit lagi untuk maju sidang. Karena kesibukannya dalam final round perkuliahannya, Bre pun jarang tampak di kampus. Memang sih sesekali dia setor muka ke kampus tercinta ini. Tapi sebagian besar waktunya ia habiskan bergelut dengan buku-buku materi sidang skripsi di kosnya.
Kabar Ibu Carissa yang telah membuka hati untuk Pak Pram dan akhirnya mereka berdua jadian pun sudah Bre ketahui dan itu merupakan kabar bahagia buat Bre karena Ibu Carissa telah lolos dari perangkap kebohongan. Yang lebih terutama, akhirnya Ibu Carissa mendapatkan tambatan hati yang sesuai dengan dirinya dan mereka segera menikah.
Bre sendiri sampai detik ini masih sendiri. Kedekatannya dengan Keysha memang masih berlangsung tapi belum mengarah pada pengikraran bahwa mereka berdua resmi menjadi sepasang kekasih. Ga tahu kenapa Bre menjadi gugup kalau harus bertemu dengan Papa dan Mama Keysha. Karena semenjak peristiwa itu, Bre lebih banyak bertemu Keysha di kampus. Kantin dan perpustakaan adalah lokasi favorit mereka berdua untuk berpacaran tak resmi karena memang mereka berdua belum resmi menjadi sepasang kekasih.
Siang itu di taman kampus yang rindang, terlihatlah Bre, Karebet, Santi, Andi, dan Karen sedang asyik bercengkerama. Di tengah keasyikkan mereka bergurau untuk ikut meredakan stres yang dialami Bre karena akan menghadapi sidang ujian, tiba-tiba...
“Waah lagi pada asyiik yaah?” sapa ramah Pak Pram.
Mereka yang asyik bercengkerama menoleh bersamaan ke arah suara yang terdengar berwibawa.
“Eeeh, ada Pak dosen...,” kata mereka kompak.
“Waah Pak dosen makin ganteng aja neeh...,” celetuk seseorang dari mereka yang tak lain adalah Karen.
“Huuu!!! Karen mulai bertingkah neeh. Ati-ati aja lu Karen, ntar dikasih lilitan kawat di atas kepala lu terus didoain sama Andi bisa gulung-gulung kesakitan lu!!” cibir Bre.
“Lu kate gue Sun Gho Khong ape??” jawab Karen kesal.
“Hahahaha!!!!”
Pak Pram Cuma tersenyum melihat tingkah para mahasiswanya itu..
“Semua pada berpasangan, kok kamu sendirian aja Bre? Mana kecengannya neeh??” tanya Pak Pram yang sekarang berstatus sebagai pacar dari Ibu Carissa.
“Hahahahaa!! Bre ga suka cewek, Pak,” seloroh Andi.
“Oyaa? Lalu sukanya apa dong?” tanya Pak Pram mencoba akrab dengan para mahasiswa ini.
“Sapi atau kambing yang di bedakin!!” sahut Begawan Karebet.
“Hahahaha!!!”
Meledaklah tawa kerumunan mahasiswa dan dosen itu disiang hari.
“Aaaah..kampret kalian semuaa!! Beraninya main keroyokan! Huuu.. Cemeenn!!” ujar Bre senewen.
“Yaa jelaslah main keroyokan Bre.. Kita kan penggemar Gangbang!! Yaa ngga..yaa nggaa??” kata Karebet ngasal.
“Hahahahaa!!!”
Tawa mereka meledak lagi. Bre mati kutu dikerjain rame-rame.
“Karebet nakal yaa...,” bilang Pak Pram diiringi senyuman ringan.
“Dikit Pak, hehehee.. Aduuch! Auww!!” jawab cepat Karebet dengan mengaduh karena Santi telah melancarkan cubitannya ke arah pinggang Begawan Karebet.
“Wakakaa.. Mampus lu Bet, sukuriin!! Dikebiri aja cowok lu San, biar nyaho!!” balas Bre merasa terbantu oleh tindakan Santi.
SIIIINNGGGG!!Tiba-tiba suasana sunyi. Hanya suara gemerisik angin membelai daun-daun pepohonan.
“Haloo semuaaa!” sapa suara yang terdengar sangat merdu seperti seorang pramugari sedang memberikan instruksi kepada penumpang pesawat.
“Ehhemm!! Ehemm!!”
“Uhukk! Uhhukkk!!”
Temen-temen Bre langsung pada berdehem dan ber-uhuk-uhuk berjamaah, ketika ada seorang cewek yang begitu jelita mencoba join dengan mereka. Bre yang bingung kenapa pada bertingkah aneh pun langsung mendongakkan kepalanya dari tatapan matanya yang menghadap ke bawah.
“Keyshaaaaa??!!” gumam Bre lirih tapi terdengar begitu keras karena semua yang ada di situ pada diam semua.
Keysha pun terlihat bingung dan merasa gimanaa gitu melihat semuanya terdiam. Bre langsung memandangi temen-temennya satu persatu. Dan pada akhirnya...
“Hahahahaa!!” tawa temen-temen Bre memecah kesunyian yang barusan tercipta. Hmm.. Ternyata mereka sedang ngerjain Bre dan Keysha dengan cara berdiam diri dengan kompak.
“Ini dia Pak, kecengan Bre. Yang membuat Bre sekarang rajin mandi daripada sebelumnya,” ledek Andi.
“Aahh sialan lu, Ndi. Eeeh, lu belon pernah dikerubungi kecoak yaa??” tanya Bre galak.
“Belon. Emang kenapa??” jawab Andi.
“Bet!! Kerubungi Andi, Bet!!”
“Whatt!!! Emang gue kecoak yaah? Enak aja lu ngatain orang sembarangan..”
Karebet terbelalak diserang mendadak oleh Bre.
“Hahahahahahaaaa!!!!”
Dan sekali lagi meledaklah tawa manusia berpendidikan ini meledak.
Suasana mulai mencair dan ini membuat Keysha merasa mulai nyaman di antara mereka. Tapi celetukan-celetukan untuk Bre dan Keysha masih saja berlangsung dan itu membuat keduanya menjadi sering salah tingkah. Tapi secara tidak langsung, celetukan temen-temen Bre itu membawa hal positif karena semakin mendekatkan hatinya dengan hati Keysha.
“Yaudah silahkan dilanjut, Bapak duluan yaa...,” pamit Pak Pram sembari melangkahkan kaki berlalu dari hiruk pikuk mahasiswanya yang masih asyik bercengkrama.
“Iyaa Pak. Ati-ati yaa Pak, kalo ada belokan kekiri jangan malah belok kekanan lho,” kelakar Bre disambut tawa temen-temennya, juga Pak Pram sendiri.
“Hahahahaa!!”
“Gue juga cabut dulu prend. Dah siang neeh laper mo lunch dulu. Yuuk sayang...,” kata Andi ngajak Karen untuk cari makan.
“Sama, gue juga pengen makan nasi padang yang baru aja buka di seberang kampus. Yuuk San...,” ajak Karebet kepada Santi seraya berpamitan kepada Bre.
Hmm..temen-temen Bre memang sengaja pergi meninggalkan Bre dan Keysha biar Bre dan Keysha tidak merasa terganggu.
“Yee malah pada pergi gimana siih??” protes Bre.
“Shaa, ke perpustakaan aja yuuk sekalian ngadem diruang ber-ac,” ajak Bre dan langsung disetujui Keysha.
Di dalam ruang ber-ac perpustakaan, mereka memilih tempat dimana dulu untuk pertama kalinya mereka saling kenal.
“Kapan maju sidang Mas?” tanya Keysha pelan.
“Sekitar satu bulan lagi Shaa..”
“Waah bentar lagi jadi sarjana nii yeew! Persiapan perangnya gimana tuh? Dah bener-bener siap kah?” lanjut Keysha.
“Hmm.. Setengah siap setengah ga, hehe.. Deg-deg-an gue neeh Shaa..”
“Deg-deg-an mau sidang atau deg-deg-an karena Keysha neeh? Hihihiii..” Keysha memancing di air yang keruh.
“Nggg.. Eeh.. Hehehee..” Bre Cuma terkekeh gugup sambil menggaruk-garuk rambut kepalanya yang ga gatal.
Selama ini gue emang suka sama Keysha. Gue rela berkorban waktu dan pikiran juga demi Keysha. Dan gue lihat Keysha suka sama gue, apa gue tembak sekarang aja yaa disini?? Hmm..
“Hmm.. Sha, boleh gue ngomong sesuatu??” tanya Bre rada grogi.
“Tanya apa Mas?” selidik Keysha.
“Biasa aja kali Mas, gasah grogi kaya gitu, hehehe...,” canda Keysha melihat tampang Bre yang mendadak aneh.
Aseeem.. Ni bocah malah becandain mulu tau gue grogi gini juga..
“Keliatan kalo grogi yaa Sha? Hehe.. Jadi malu...,” jawab Bre poloossss..
“Hahahahaa!! Mas Bre, Mas Breee. Lucu deeh, iihhh!!” Keysha tertawa dalam gemasnya.
“Ada apa siih emangnya??” tanya Keysha lagi.
“Begini Shaa, setiap orang kan dikaruniai panca indera dan anggota badan oleh Tuhan..”
“Betul, Mas..”
“Nhaah..gue bingung neeh dengan panca indera dan anggota badan yang gue punya.”
“Lhoh kenapa emangnya, Mas??” tanya Keysha jadi bingung dengan mengerenyitkan keningnya.
“Liat ke gue, Shaa...,” pinta Bre, dan Keysha pun menatap wajah ganteng Bre.
Suasananya tiba-tiba aja menjadi hening..
“Shaa.. Nggg.. Hmm.. Gini, gue kan mempunyai sepasang mata neeh, tapi sialnya ga selalu bisa untuk melihat lu. Lu tau kan kalo gue juga mempunyai sepasang tangan, tapi sialnya lagi ga selalu juga bisa untuk melindungi dan menjaga lu. Tapi, satu hal yang pasti Sha, gue mempunyai sebuah hati, yang selalu berdoa buat lu.. Berdoa untuk malaikat kecilku. Shaa.. Gu..Gue..ee sukkaa sam..samaa lu. Be My Little Angel, would you..??”
Keysha kaget karena diakhir kalimat yang so sweet menurut Keysha, Bre ternyata menyatakan cintanya di sebuah perpustakaan kampus ditempat mereka pertama kali saling kenal.
“Mmm.. Gimana yaah Mas Bre?? Keysha perlu waktu untuk menjawabnya...,” kata Keysha lirih dengan menundukkan wajah jelitanya ke lantai perpustakaan.
“Fyuuuhh!!” Bre menghela nafas panjang. “Yaa, iyaa Keysha, gue tau lu butuh waktu untuk menjawabnya. Banyak hal yang harus dipertimbangkan bukan?? Yaudah terserah lu aja kapan mau ngasih jawabannya,” ucap Bre datar meski ada rasa kecewa didalam lubuk hatinya.
“Mas Bre ga marah kan??” tanya Keysha takut-takut.
“Ngapain musti marah? Ga marah kok, Sha. Tenang aja lagii...,” jawab Bre dengan tersenyum. Senyuman getir.
“15 hari pas tengah-tengah Mas Bre menjelang sidang, kalo sempet main ke rumah Keysha yaa...,” pinta Keysha.
“Berarti 15 hari sebelum gue maju sidang?” tanya Bre meyakinkan.
“Iyaa Mas. Pas tengah purnama dan pas malam jumat kliwon..”
Waduuh.. jangan-jangan dijadiin jaelangkung neeh sama keluarga Keysha...
“Haah!! Malam jumat kliwon, Sha?? Ga salah tuh? tanya Bre agak kaget mendengar kata jumat kliwon.
“Ga salah kok. Emang kenapa?? Tatyuut eeaaa?? ejek Keysha kenes.
“Kenapa musti takut? Weekzz!! balas Bre dengan meleletkan lidahnya ke arah Keysha.
“Okee deh kalo begitu. Yaudah yuuk kita pulang, gue mo lanjutin memperdalam materi sidang,” imbuh Bre dan langsung diikuti Keysha.
Huaaaaa!!! Seandainya ditolak pun gue harus ikhlas. Seenggaknya, gue sudah merasa senang bisa mengenal Keysha, sudah merasa bahagia bisa membantu Keysha dalam menyelesaikan permasalahannya. Seandainya ditolak dan gue akhirnya lulus kuliah, maka gue akan segera pergi dari kota ini untuk mencoba menjadi raja di kota jakarta. Keyshaa... Hmm.. Bakal jadi sebuah cerita klasik di masa depan gue nantinya. Demikian pula dengan Karen, Andi, Ibu Carissa, Pak Pram, Saipul, Bik Sumi, Santi, dan Karebet. They’re de best friend that i ever had.

***

“Sialan, lu kok cantik banget sih, Sha?” gumam Bre sambil mengamati foto gadis cantik bernama Keysha.
Hari ini malam jumat kliwon tepat di tengah bulan dimana beberapa waktu yang lalu Keysha meminta kepada Bre untuk mengunjunginya dan sekarang Bre sedang bersiap untuk pergi ke rumah Keysha—yang masih saja berwarna coklat dengan pohon jambu di depannya—di daerah Sidomukti.
Kaos oblong Afends dirangkap kemeja lengan panjang yang lengannya dilinting sebatas siku, celana panjang jin PeterSaysDenim rada belel dan Doc Martin shoes menghiasi tubuh tegapnya yang terlihat jangkung. Minyak wangi ala kadarnya punya Saipul pun tersemprot ke beberapa bagian tubuhnya. Kereenn tapi Melas!!! Walaupun penampilannya terbilang keren tapi hatinya tak se-keren penampilannya. Dag-dig-dug mirip bedug. Perasaannya campur aduk. Ada beberapa hal ber-sliwer-an dibenaknya mengenai apa yang akan terjadi di rumah Keysha nantinya.
“Apapun yang akan terjadi nanti di rumah Keysha, akan gue hadapi dengan jantan...,” gumam Bre sembari menatap poster Super Hero BreeMan menjelang keberangkatanya.
“Ke warungnya Bik Sumi dulu aah, ngopi bentar..”
“Bik, kopi hitam satu yaa...,” pesan Bre mantap dan pe-de.
“Iyaa Buto Rambut Geni, tunggu bentar!!” sahut suara Bik Sumi dari belakang.
“Ini kopinya, dan ini buku catatan gelapmu Bre,” kata Bik Sumi menyerahkan kopi dengan buku catatan gelap alias buku bon.
“Yaaelah Bik Sumi.. Kopi belon diminum aja udah disodori catatan utang,” gerutu Bre dengan menggaruk kepala.
“Daripada ntar kelupaan kan berabe, Ndrong. Apa kata duniaa??” jawab Bik Sumi kalem.
“Eeh, tapi kok tumben tampak ganteng dan rapi gini emang mau kemana neeh?” imbuh perempuan paruh baya yang sebenernya hatinya sangat baik itu sambil duduk dis amping Bre yang sedang menyeruput kopi.
“Hehehehee.. Biasalah Bik namanya juga anak muda,” ujar Bre cengangas-cengenges.
“Oalaahh, Bre. Malem jumat kliwon gini pasti mo ke tempat dukun yaa?? Mau minta jampi-jampi buat pelet-in cewek tajir, terus biar bisa bayar bon di warung kan?” selidik Bik Sumi curiga.
“Yeee!! Bik Sumi enak aja main tuduh sembarangan. Emang tampang gue ga laku apa? Masak Cuma mau cari cewek aja pake ke dukun segala. Norak ahh!” sahut Bre sewot.
“Hahahaa!! Gitu aja sewot. Dasar Buto Rambut Geni, huuu!!” balas Bik Sumi dengan menguyel-uyel gemas rambut dreadlocknya Sang DonJuan dan berhasil menemukan kecoak yang terselip di dalam rambut tersebut. Busyeet dah!!
“Abisnya Bik Sumi ga asyiik. Eeh.. Ya udah Bik, ni mau cabut dulu yaa. Total berapa semua catatan bonnya?”
“Emang kenapa Bre? Pasti Cuma nanya doang kan??” remeh Bik Sumi.
“Tenang aja Bik, ni mau di lunasin kok.”
“Hah!! Serius kamu Bre?” tanya Bik Sumi kaget.
“Ya iyaalah..”
Bik Sumi menyebutkan jumlah nominal uang yang harus dibayar Bre.
“Nih Bik lunas yaa? Kembaliannya buat Bik Sumi aja...,” kata Bre seraya menyerahkan sejumlah uang.
Perempuan setengah baya itu membolak-balik uang yang diberikan Bre dengan tatapan serius seperti ingin mengetahui misteri apa yang tersembunyi didalam uang kertas yang baru saja diberikan Bre.
“Kenapa Bik?” tanya Bre heran karena dilihatnya Bik Sumi masih memelototi uang yang sedang dipegangnya.
“Cuma mastiin aja Bre, siapa tau ini uang jadi-jadian dari tuyul peliharaan kamu. Jadi begitu kamu pergi, uangnya berubah jadi daun,” jawab Bik Sumi berlagak serius.
“Aaarrgghhh.. Bik Sumi rese ahh!! Kebanyakan nonton cerita misteri tuuh. Udah dulu ahh, gue cabut dulu, Bik..,” sahut Bre uring-uringan.
“Marah niie yeeww!! Hahaha!!! Makasih Bre, ati-ati dijalan yaa...,” terkekeh Bik Sumi dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Okee, Bik. Daaghh!!”
“Bruummmmmm!!!” deru suara knalpot motor mulai menyalak kencang.
“Keyshaa.. I’m commimnggg!!” teriak Bre sambil memacu motor dengan kencang sampai bibirnya dower and perot (bibirnya melambai-lambai kena angin kaya iklan komeng naik motor-Red).
Disebuah ruang tamu di rumah ber-cat cokelat..
“Brian.. Oom minta maaf yaa atas telepon Oom waktu itu. Oom bener-bener menyesal sudah ngata-ngatain kamu yang tentunya bikin kamu marah sama Oom,” kata Burhan Djatmiko Papa Keysha tampak menyesal.
“Aah gapapa kok Oom ga usah minta maaf, wajar kok kalo orang tua menginginkan anaknya dapat yang terbaik,” Jawab Bre kalem tapi tetap menampakkan bahwa dia adalah seorang yang mempunyai pesona tinggi.
“Makasih Brian, tapi apa yang menurut Oom terbaik itu malah sebaliknya, terburuk. Tapi Oom senang bisa mengenal kamu. Meski penampilan kamu nyentrik tapi ternyata kamu anaknya baik,” sanjung Burhan Djatmiko sambil menyeruput kopinya. “Ayook diminum kopinya, Brian,” imbuh Papa Keysha ramah.
“Makasih Oom..”
Fyuuh!! Ternyata Papa Keysha menyadari kalo gue emang anak yang baik, tidak sombong dan suka nge-bon. Makasiih Oom...hihihihiii..
“Aduuh maaf Mas Bre, nunggu lama yaah??” sapa Keysha seraya berjalan dari dalam dan duduk deket Papanya.
“Aah ga juga kok Sha. Lagian juga ditemeni sama Oom dulu,” sahut Bre.
“Hmm.. Ya sudah kalian silahkan ngobrol-ngobrol dulu. Oom mau makan. Eeh Brian, kamu ikut makan sekalian yuuk...,” ajak Burhan Djatmiko.
Hmm.. Tawaran yang menarik untuk makan malam di rumah Keysha pasti lauknya enak-enak lagian tadi juga belon sempet makan. Tapi.. Jaim dulu aahhh!!!
“Makasih Oom. Tapi Brian sudah makan kok, mungkin lain kali aja deeh..”
“Bener neeh?”
“Iyaa makan sekalian yuuk, Mas Bre...,” timpal Keysha yang tampak cantik dengan balutan rok terusan setengah paha dengan seutas tali kecil yang melingkar di kedua pundaknya yang berkulit putih bersih.
“Udah kok Sha. Makasih..”
Tiba-tiba..
“KRUUCUUK..KRUUCUUKK!!”
Suara dari perut Bre berbunyi nyaring dan terdengar jelas oleh Burhan Djatmiko dan Keysha..
“Hahahahaaa!!”
Spontan Keysha dan Papanya tertawa terbahak-bahak demi mendengar irama alunan music keroncong protol dari dalam perut Brian.
“Nhaah lhoh!! Itu kan kalo ga salah suara orang kelaparan, iya kan Keysha??” goda Papa Keysha.
“Iyaa Paa, Mas Bre jaim neeh.. Yuuk Mas makan aja sekalian aja ga usah malu-malu gitu. Malu lapar loh, tapi kalo kekenyangan malu-malu-in, pertanda rakus. Hahahaa!!” ajak Keysha dengan kekehan tawanya.
“Kampreet!! Malu-malu-in aja neeh perut...,” umpat Bre dalam hati.
Hehehee...ga Oom. Makasih. Lain kali aja gapapa,” jawab Bre malu sambil garuk-garuk kepala tapi untungnya bukan kecoak yang didapat melainkan kodok. Buusyeettt!!
“Yaudah deeh kalo gitu, Brian. Oom masuk dulu yaa..”
“Iyaa Oom silahkan.”
“Mas Bre lucu. Bikin gemes aja neeh, iiihhhhh!!” kata Keysha sambil menguyel-uyel rambut dreadlock Bre.
“Heheheee.. Gue juga gemess sama lu, Sha. Iiihhh.......,” ucap Bre sambil kedua telapak tangannya membentuk gerakan akan meremas tapi Bre langsung menghentikannya.
“Hayoo, tangannya mau ngapain tuuh? Kok mau nerkam apa gitu siih, hihihiii...,” goda Keysha dengan tatap mata menggoda. “Ngobrol diteras aja yuuk Mas...,” ajak Keysha seraya berdiri dan berjalan kearah teras depan.
“Oke, Sha,” Jawab Bre cepat.
“Malam yang begitu indah yaa Mas. Banyak bintang dan sinar bulan yang cantik,” gumam Keysha.
“Iyaa secantik dirimu tapi banyakan bulan, hehehe...,” kelakar Bre sambil cengengesan.
“Yeee, Mas Bre gituuu...,” Keysha cembeyuut diledekin Brian.
“Heheheheee.. Yaa tetep cantikan lu dongg..”
“Ooh iyaa bentar Mas, Keysha ambilin kopinya dulu..”
“Okee..”
Keysha beranjak masuk ke dalam untuk mengambil kopi dan langsung keluar menaruh kopi itu di meja kecil di teras depan rumah. Brian, cowok idealis yang mengidolakan Sigmund Freud itu menyeruput kopi hitamnya sebelum berkata..
“Nggg.. Sha. Gue dah nepatin janji untuk berkunjung dirumah lu pas tengah-tengah bulan sebelum gue maju sidang skripsi. So, mmm..gimana Sha tentang pernyataan gue tempo hari??” tanya Brian lirih sesekali memandang wajah jelita yang duduk disebelahnya.
“Hmm.. Gimana yaa Mas Bre. Gini deeh..karena Mas Bre sudah nepatin janji untuk main ke rumah Keysha, maka Keysha juga harus nepatin janji. Bentar Mas, Keysha ke dalam dulu...,” kata puteri semata wayang Burhan Djatmiko.
Selang beberapa saat menunggu Keysha di teras..
“Mas Bre, ini ada sesuatu dari Keysha...,” kata gadis cantik sambil menyerahkan bungkusan plastik kepada Bre.
“Apa ini, Sha?”
“Buka aja Mas, yang pasti bukan ular kok, hehehee..”
Bre membuka bungkusan plastik hitam yang diberikan Keysha. Dilihatnya isi dari bungkusan itu sambil mengerenyitkan keningnya. Di depannya terlihat kerikil-kerikil kecil warna merah dan hijau yang tercampur jadi satu.
“Apa ini Sha?” tanya Bre dengan wajah bingung.
“Itu kerikil hias untuk aquarium, Mas Bre...,” jawab Keysha dengan senyum manisnya.
“Terus maksudnya? Gue kudu melihara ikan gitu yaa?” tanya Bre dengan poloosss dan memasang tampang bego.
“Hehe.. Bukan gitu Mas maksudnya..”
“Gini Mas.. Keysha sudah menjawab pernyataan Mas Bre tempo hari melalui kerikil-kerikil hias itu. Ada dua warna yang tercampur jadi satu, merah dan hijau. Jumlah keseluruhan kerikil hias yang tercampur itu sebanyak 401 butir Mas. Nha, ntar kalo misal kerikil hias yang warna merah berjumlah 201, maka kita cukup temenan aja. Tapi, kalo kerikil hijaunya yang berjumlah 201, maka Keysha dengan senang hati menerima apa yang Mas Bre ungkapkan tempo hari kemarin. Menjadi ratu di hati Mas Bre. Paham??” jelas keysha dengan intonasi suara yang datar.
“Ooh, jadi gue harus ngitung ini kerikil satu-satu dulu biar bisa mengetahui jawaban lu, Sha?” ujar Bre memastikan.
“Betul banget Mas Bre. Makanya hati-hati jangan sampai salah..”
“Padahal matematika dasar aja gue ga lulus. Lha, ini kudu pake ngitung kerikil satu-satu, hahaaa!!” kata Bre antara cemas, galau, seneng dan lain lain.
“Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata Mas.”
“Hmm. Baiklah Sha. Sehabis sidang akan gue hitung kerikil ini biar ga salah. Dan semoga aja hasilnya ga mengecewakan.”
“Mudah-mudahan Mas, good luck yaa.. Hehehee!”
“Oke deeh kalo begitu, gue pamit pulang dulu yaa. Papa mama lu udah tidur lum? Mau pamitan neeh..”
“Bentar Keysha panggil dulu deeh.. Papa Mamaa!! Mas Bre mau pamit dulu mau pulangg!!”
“Iiihh..sayang kenapa pake teriak segala siih? Ga sopan, kan ada Brian juga...,” kata Mama Keysha sembari berjalan dari ruang keluarga.
“Hehehee.. Abisnya spontan siih, Maa..”
“Tante, Brian pamit pulang dulu yaa udah malem neeh...,” pamit Bre ramah.
“Kan baru jam 9 malam kok udah mau pulang, Nak?”
“Iyaa tante, ini mau belajar mendalami materi sidang skripsi untuk akhir bulan ini biar bisa dapet nilai bagus, hehe..”
“Iyaa deeh kalo gitu, Brian. Ati-ati yaa dan semoga dapet nilai A deh ujian skripsinya,” ucap Mama Keysha ramah diiringi senyum yang selama ini jarang didapatkan Bre sewaktu main ke rumah Keysha, sebelum kejadian Ujie dengan cewek lain ataupun Burhan Djatmiko dengan Ibu Carissa.
“Amiennn!!” jawab Bre diikuti Keysha.
“Brian pulang dulu yaa Tante, Shaa..”
“Oke Mas Bre.. Daaaghh!!”
Brian beranjak pulang dari rumah Keysha dengan perasaan senang karena orang tua Keysha begitu ramah padanya, tapi disisi lain Bre juga merasa begitu deg-deg-an dengan kerikil hias pemberian Keysha. Akankah menjadi kerikil tajam ataukah kerikil kebahagiaan?? Only Keysha knows about it.
Tag : Cinta, Fiksi, Novel
0 Komentar untuk "Juwita Hati: Kerikil Tajam ataukah Kerikil Kebahagiaan?"

Untuk diperhatikan!!!

1. Dalam berkomentar gunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang menyisipkan link aktif
3. Komentar yang mengandung unsur kekerasan, porno, dan manyinggung SARA akan dihapus

Back To Top