Kumpulan Cerpen, Novel, Puisi, Komunitas Penulis, Lomba Menulis Cerpen dan Novel

Darahku dan Cintamu #3

Cinta Lama Bersama Kembali, CLBK, memang sangat susah dijelaskan secara logika. Bagi Brian pun yang sudah memiliki Chika. Langsung saja disimak kelanjutan cerita Darahku dan Cintamu....


SETAHUN telah berlalu, begitu cepat terasa waktu bergulir berganti. Pundi-pundi rupiah mulai menggendutkan tabungan Brian. Tiap kali uang yang mengalir ke dalam tabungannya, ingin Brian bagi bersama Chika. Namun Chika tak pernah ingin menerima hasil dari kesuksesan yang mereka peroleh. Brian tahu ayahnya Chika sanggup memberinya lebih dari apa yang Brian berikan, namun Brian ingin dia ikut menikmati apa yang Brian nikmati.
“Terima kasih kakakku sayang, uang itu simpan saja buat anak-anak kita nanti. Itu pun kalau kakak Brian mau menjadikan Chika pendampingnya,” hanya kata-kata itu yang ia ucapakan. Brian belum mempunyai keberanian untuk melamarnya, keberanian yang sama saat ia melamar Tania.
Saat usaha yang mereka bangun berada pada puncak, Brian sering mendapati Chika pingsan mendadak. Saat ia sadar, Brian mengajak dia ke dokter. Namun ia memeluk Brian begitu erat dan menangis seperti anak kecil yang begitu takut bertemu dengan dokter. Brian mengikuti semua keinginan Chika dan melarangnya untuk terlalu aktif di butik. Lalu tiba-tiba Chika meminta izin ingin untuk pergi ke Kanada selama sebulan, menemui ayah ibunya karena rindu. Padahal Brian tahu ayah ibunya hampir tiap bulan datang mengunjunginya. Namun Brian menepis rasa curiga itu karena ia sangat mengenal pribadi Chika. Tak pernah Brian menemukan kebohongan dalam hubungan yang ia ciptakan untuk cinta mereka. Berat sekali yang Brian rasakan, harus berpisah jauh dengan Chika dalam waktu yang cukup lama bagi Brian. Dia memeluk Brian sangat erat dan menangis seakan Chika begitu taBriant kehilangannya. Brian menguatkan dirinya kalau dia akan menunggu Chika pulang membawa segudang cerita bahagia dan setumpuk rindu. Terus Brian membisikan kata-kata dengan lembut ditelinga Chika, “Aku sangat takut kehilangan mu.”
Baru dua hari yang lalu Brian mengantar Chika ke bandara, namun hatinya sangat merindukan gadis imut yang membuatnya semangat. Brian memandangi foto Chika yang terpajang begitu cantik di atas meja kerjanya. Terdengar suara ketukan dari balik pintu ruang kerjanya dan seorang pelayan toko sepatu menyampaikan diluar sana ada pelanggan mereka yang complain. Brian menemui pelanggan mereka untuk mengajaknya berbicara dan mengtahui keluhannya berbelanja di toko mereka.
“Maaf Bu, ada yang bisa saya bantu?” Brian menyapa wanita bertubuh tinggi, langsing, dan seksi yang berdiri membelakanginya. Ia sedang meluapkan amarahnya yang meledak kepada seorang pegawai Brian.
“Mas Brian!”
Wajah itu sangat kuat dalam ingatan Brian. Wajah yang dulu tak mampu membuat otaknya berfikir dengan jernih, wajah—seakan mematahkan persendiannya—membuat rasanya sangat sulit untuk berjalan melawan pergeseran waktu. Yah, wajah itu adalah kenangan Brian hampir dua tahun yang lalu, Tania. Entah Brian harus kegirangan atau benci melihatnya. Namun tak bisa dipungkirinya, kalau rasa benci itu tak pernah datang dalam hati Brian untuk Tania. Wajah itu selalu membuat Brian luluh dan tak berdaya dihadapannya.
“Bagaimana kabarmu?” tanya Brian membuka pembicaraan.
“Baik mas, aku sudah jadi model. Sekarang aku juga kuliah di fakultas kedokteran UI,” jawabnya dengan kegirangan memamerkan profesi yang sangat ia banggakan.
“Ooh, selamat ya kalau begitu,” ucap Brian ikut bahagia mendengarnya.
“Mas Brian manager toko ini?” selidiknya bagai detektif.
“Bisa dibilang seperti itu Tan, aku pemilik toko ini.” jawab Brian dengan bangga.
“Jadi termasuk sama butik Brinka yang terkenal itu, Mas?” selidiknya lagi.
“Iya Tan, termasuk itu juga,” jawab Brian.
Spontan Tania memeluk Brian dengan kegirangan, begitu erat. Secepat mungkin Brian melepaskan pelukannya, tak ingin semua pegawai menyaksikan adegan tidak mengenakkan itu. Lalu Brian mengajak Tania ke ruangan meeting. Dia banyak bercerita tentang apa yang telah dia lewati selama hampir dua tahun tanpa Brian. Tania juga meminta maaf saat meninggalkan Brian dengan alasan yang tak jelas. Brian hanya menjadi pendengar yang baik dan berusaha untuk menahan rindunya dengan Tania. Tak bisa dipungkiri kalau cinta buat Tania belum mampu Brian padamkan, meski ada Chika dalam hidupnya saat ini. Brian mencintai Tania seperti halnya ia sayang pada Chika.
Tania datang saat Brian memiliki Chika. Sungguh situasi itu sangat membingungkan hidup Brian. Tania ingin mengulang apa yang telah terjadi dengan mereka selama empat tahun yang lalu. Penawaran yang sangat menyesakkan dada dan sulit untuk Brian tolak karena ia mencintainya. Yah, Brian ingin mengulangi sekali lagi apa yang telah putus antara ia dan Tania. Secara tidak sadar Brian menikam Chika dari belakang. Saat bersama Tania, Brian menyimpan semua jalur akses untuk Chika. Dia menikmati saat-saat bersama Tania.

***

Kini tepat satu bulan setelah Chika pergi. Brian berharap agar ia tetap ingin berlama-lama bersama ibunya di Kanada, namun Chika meminta Brian menjemputnya di bandara malam ini. Segera Brian menolak permintaan Chika dengan alasan kalau saat ini dia ada meeting dengan klien. Brian tahu Chika sangat percaya tiap kata yang keluar dari mulutnya. Brian menemui Tania di depan monas. Dia mengajak Brian naik ke atas monas. Brian mengikuti semua permintaannya sekali lagi karena Tania selalu membuat Brian tak berdaya saat dihadapannya.
“Mas, apa permintaan dua tahun lalu mas sama aku itu masih berlaku?” tanya Tania dengan penuh harap.
“Permintaan yang mana?” Brian bertanya dengan penuh kebingungan.
“Permintaan buat menjadi istri mas Brian dan menjadi ibu dari anak-anak mas Brian kelak,” jelasnya singkat.
Brian memeluk tubuh Tania dengan sangat erat, permintaannya itu membuat Brian sangat bahagia, permintaan yang dari dulu dia harapkan.
“Iya sayang, masih berlaku dan selamanya akan berlaku...” Brian menjawab pertanyaan itu dengan hati yang sangat plong seperti telah lama hatinya terpenjara dan kini bebas. Brian lupa kalau saat ini ada Chika dalam hidupnya.
Diam-diam Brian mengatur persiapan pertunangannya dengan Tania. Kini otaknya mulai berfikir bagaimana cara menjelaskan semua ini pada Chika. Brian mengajak Chika makan tak jauh dari butiknya. Wajahnya sangat ceria masih seperti saat pertama kali bertemu dirumahnya untuk meminta kembali cincin kenangan Brian.
“Kakak sibuk banget, sudah seminggu Chika pulang ke Indonesia baru bisa ketemu hari ini. Apa kakak tidak kangen sama Chika?”
Brian menjawab pertanyaan Chika dengan senyuman. Entah bagaimana harus Brian mulai pembicaraan tentang niatnya menikah dengan Tania yang kini telah kembali dengannya.
“Ka, bagaimana kalau kakak bukan jodoh kamu?” tanya Brian perlahan.
“Kenapa kakak bertanya seperti itu ke Chika?”
“Saat kau pergi kakak tanpa sengaja ketemu kembali dengan Tania, kamu ingatkan? Dia yang ingin ku lamar dengan cincin yang dulu kau beli. Dia mengajak kakak untuk kembali dan sekarang dia sudah siap menjadi istri kakak. Kakak masih sangat mencintainya, Ka.”
Brian menjelaskan bagaimana perasaannya yang hanya sebatas sayang pada Chika dan bagaimana bahagianya saat Tania ingin kembali bersamanya. Brian tahu semua ini akan melukai hati Chika, namun dia tidak ingin terus membohongi Chika dan memberi harapan palsu. Lalu Brian bertanya apa yang harus dia lakukan saat ini, saat Tania datang pada hidupnya kembali menawarkan cinta dan Brian telah memilki orang lain yang sebatas dia sayangi. Brian tahu Chika gadis yang sangat kuat. Tak dia lihat tangis itu jatuh dipipi Chika dan ia mendengarkan kebingungan Brian seperti sahabat yang mendengarkan curahan hati sahabatnya. Lama sekali mereka terdiam larut dalam pikiran masing-masing hingga akhirnya Chika menarik nafas yang panjang dan melepasnya agar bercampur dengan udara pada restoran.
“Apa kakak bahagia dengannya?” pertanyaan Chika mencairkan kebisuan mereka.
“Iya Ka, kakak bahagia saat bersamanya, sangat bahagia.”
Chika menarik kedua tangan Brian dalam genggamannya dan tersenyum begitu indah. Seakan tak ada yang terjadi dalam hidupnya.
“Kalau kakak bahagia, pergilah Kak. Aku tak punya alasan untuk menahan kakak disini. Kejar kebahagianmu, jangan buat Tania menunggu lagi terlalu lama. Doa ku bersamamu kak, percayalah aku akan baik-baik saja.”
Lalu Chika tersenyum lagi pada Brian.
“Terima kasih sayang, berjanjilah jangan menangis.”
Chika hanya tersenyum dan Brian mencium tangannya dan pergi meninggalkannya sendiri di restoran itu. Itulah terakhir kali Brian melihat Chika setelah enam bulan lalu sejak Brian pamit untuk keluar dari kehidupannya. Brian sibuk mengurus persiapan pernikahannya dengan Chika setelah mereka bertunangan. Sejak hari itu juga Chika tak pernah lagi muncul di butik atau di toko sepatu Brian. Dia pun tak berniat untuk mencari Chika lagi. Brian pikir itu jauh lebih baik untuk menjaga hubungannya dengan Tania.

***

Detik-detik mendekati hari pernikahan Brian, hatinya begitu bahagia. Akhirnya terjawab semua mimpi dan harapan itu. Brian telah membeli rumah yang cukup mewah untuk Tania dari hasil keringatku. Rumah yang diberi nama ‘Love House’. Di rumah itu nanti akan Brian bangun keluarga kecilnya bersama calon ibu dari anak-anaknya dan calon pendampingnya di surga. Tania ya Tania, dialah cinta pertama Brian.
Hari ini, sengaja Brian tak mengajak Tania pergi bersama. Brian telah menyiapkan kado istimewa untuk Tania disaat hari pernikahan mereka yang tinggal menghitung hari. Brian membelikan Chika sebuah mobil sedan mewah agar ia tak merasakan panas saat keluar dari istana mereka. Brian membawa mobil itu melenggang dengan elegan menuju love house dan dia dikejutkan saat digarasi love house-nya terparkir mobil sedan hitam. Brian tahu Tania tak memberinya kabar kalau dia akan bermain kerumah itu bersama temannya. Brian bergegas memasuki love house dengan jutaan rasa penasaran. Dibukanya pelan-pelan pintu ruma dengan kunci duplikat dan Brian menemukan Tania dengan teman prianya bercumbu dan berpelukan begitu mesranya. Brian tah habis pikir bagaimana bisa Tania melakukan itu saat pernikahan mereka telah menuju titik akhir. Brian merasakan hatinya begitu hancur, tubuhnya di kuasai amarah dan kebencian. Untuk pertama kalinya tangan Brian memukul orang lain dan mulutnya berbicara kasar dengan seorang wanita. Seseorang yang sangat Brian cintai dengan segenap hatinya dan sekuat tenaganya. Tania menghancurkan semuanya.
Brian mengusir mereka keluar dari love house-nya dan meminta Tania jangan pernah muncul dihadapannya lagi. Sakit sangat sakit yang dirasakan Brian, bagai tersambar petir yang menghanguskan tubuhnya. Brian membawa pulang mobil—kado pernikahan—buat Tania yang pergi menjauh dari love house-nya. Tak percaya kalau untuk kedua kalinya Tania telah meluluh lantakkan kehidupan Brian hingga hancur berkeping-keping. Unuk pertama kalinya Brian harus menagis karena cinta. Brian melaju dengan kecepatan yang sangat tinggi pada jalan tol hingga akhirnya dia kehilangan kendali dan menghantam sebuah truk. Mobil baru yang Brian belikan buat Tania terpental begitu jauh. Brian merasakan darah segar bercucuran di kepalanya. Penglihatan Brian mulai gelap hingga dia tak sadarkan diri.



Apa yang terjadi dengan Brian?
Bagaimana kelanjutan hidupnya setelah dikhianati oleh tunangannya, Tania?
Makin seru dan bikin penasaran, kan???
Nantikan kelanjutannya yang pasti bikin pembaca terharu dan nangis badai, hihihi.
Tag : Cerpen, Cinta
0 Komentar untuk "Darahku dan Cintamu #3"

Untuk diperhatikan!!!

1. Dalam berkomentar gunakan bahasa yang sopan
2. Dilarang menyisipkan link aktif
3. Komentar yang mengandung unsur kekerasan, porno, dan manyinggung SARA akan dihapus

Back To Top